Selasa, 17 Februari 2009

YANG HILANG DARI WANITA

Sebuah Studi Kritis Untuk Para Calon Wanita “Pekerja” (Wanita Karir).
Apa jadinya seorang wanita lebih memilih karir diatas keluarganya. Tentu saja akan adaseorang suami yang “kehilangan” isteri dan anak-anak yang kehilangan seorang ibu. Sebuah keluarga akan goyah, karena ditinggal salah satu tiang layarnya. Lalu bagaimana jika tidak hanya seorang, melainkan ratusan, ribuan bahkan jutaan wanita? Ya, sebanyak itulah juga keluarga yang akan hancur. Arus feminisme memang sedang bertiup kencangdi Indonesia. Ketika seorang wanita digagalkan untuk duduk sebagai presiden, makakaum feminis berteriak tentang kesejajaran gender. Dan ketika wanita sudah jadipemimpin, teriakan merekapun akan semakin keras. Kesamaan hak perempuan danlaki-laki, perempuan adalah sama dengan laki-laki semakin lantang diucapkan. Bahkantelah berani menentang sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang telahjelas-jelas beliau lakukan yakni poligami, ini bisa kita lihat dalam mu’tamar NU ke-31 diBoyolali Solo beberapa waktu yang lalu karena kaum wanita NU dari kubu Abdurahman wahid yang dipelopori oleh istrinya yakni Ibu Sinta Nuriah, melakukan aksi boikot terhadap masakan yang telah dipesan oleh panitia bagian konsumsi mu’tamar tersebut terhadap masakan ayam “WONG SOLO” karena pemiliknya adalah orang yang melakukan poligami, dan poligami sangat melecehkan kaum wanita, katanya. Mereka lupa, bahwa Allah telah menciptakan hambanya bersama dengan fitrahnya. Masing-masing dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ketika fitrah itu dilanggar, maka akan terjadi ketidak seimbangan. Seorang ayah yang berkerja di luar rumah adalah kewajibannya untuk mencari nafkah menghidupi keluarganya. Sedangkan seorang ibuberkerja di rumah adalah kewajibannya mengatur keluarga dan mendidik anak. Mengatur rumah, memasak dan mendidik anak di rumah bukanlah suatu yang hina bagi wanita. Namun justru ibadah yang paling mulia di sisi Allah. Penganut feminisme inginmenghilangkan perbedaan fitrah laki-laki dan perempuan, semata-mata hanya merasabahwa menjadi seperti laki-laki adalah sesuatu yang hebat. Maka mereka menganjurkanwanita untuk meninggalkan dapur dan berkerja di luar rumah bersaing merebut karir dengan laki-laki. Itulah kemenangan yang mereka inginkan. Padahal kemenangan bagi wanita adalah jika ia berhasil membina keluarganya menjadi keluarga sakinah. Keluargaberjalan di atas jalan Rabb-nya. Inilah cita-cita yang hilang dari lubuk kaumhawa sekarang ini. Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda bahwa baik buruknya suatu bangsa dapat dilihat dari kaum wanitanya. Jika kaum wanitanya baik maka bangsa itu akan baik, sebaliknya jika wanitanya buruk, maka bangsa itupun akan buruk pula.



Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar